Film "Hachiko" : A Dog’s Story"
Bercerita tentang seekor anjing yang
sangat setia pada tuannya, melebihi batas kesetiaan anjing pada
rata-rata.
Cerita ini bermula ketika Profesor Parker Wilson
(Richard Gere) menemukan seekor anjing kecil di Stasiun Kereta Api
Bedridge, Wonsocked, Amerika Serikat, tempat ia biasa pergi bekerja dan
pulang dari kerja. Anjing berjenis akita itu kemudian diajaknya pulang
ke rumah dan diberi nama Hachiko.
Parker dan istrinya Cate (Joan
Allen) merawat anjing itu hingga Hachiko bertumbuh besar dan tiada tiada
hari yang dilewatkan Parker tanpa bermain dengan Hachiko.
Suatu
hari, ketika Hachiko sudah beranjak dewasa, tanpa disangka ia mengikuti
Parker ke stasiun saat Parker berangkat kerja. Parker terpaksa keluar
dari kereta untuk memulangkan Hachico ke rumah.
Namun, ternyata
Hachico menjemputnya di stasiun pada pukul 17.00. Sejak saat itu Parker
membiarkan Hachico mengantar-jemputnya di stasiun.
Para pemilik
kios, pedagang, dan pejalan kaki, serta "commuter" (orang yang bekerja
secara "nglaju") tercengang-cengang dengan kelakuan Hachiko yang tidak
seperti anjing pada umumnya.
Semua orang orang di sekitar Stasiun Bedridge menyayangi Hachiko dan selalu menyapa anjing itu layaknya sebagai manusia.
Sampai pada satu hari, Hachiko tak menemukan kedatangan tuannya di stasiun pada pukul 17.00.
Parker
Wilson ternyata meninggal karena serangan jantung ketika ia tengah
mengajar, sementara Hachiko sepertinya tak pernah mengerti perihal
meninggalnya Parker.
Setelah kematian Parker, Cate menjual
rumahnya dan meninggalkan Bedridge. Sementara Hachiko dipelihara oleh
anak perempuan Parker, Andy Wilson (Sarah Roemer).
Berulang kali Hachiko kabur dari rumah Andy untuk pergi ke stasiun, berharap ia akan menemukan tuannya kembali. Andy
selalu menjemput Hachiko di stasiun hingga pada akhirnya Andy merelakan
Hachiko pergi. Hachiko tinggal di stasiun dan pada pukul 17.00, ia akan
duduk di bundaran di depan stasiun, menanti kedatangan tuannya.
Keunikan
tingkah laku Hachiko itu menarik perhatian orang-orang di sekitar situ,
bahkan tulisan mengenainya dimuat di koran-koran sehingga kisah anjing
ini menjadi legenda. Sehingga orang-orang memberi makan Hachiko secara
bergantian. Kesetiaan Hachiko bertahan hingga tahun kesepuluh
meninggalnya Parker. Sampai akhirnya pada musim dingin tahun ke sepuluh,
Hachiko meninggal di bundaran stasiun pada tengah malam.
Pembuatan
film ini diinspirasi dari kisah nyata seekor anjing bernama Hachiko
yang hidup dalam rentang waktup tahun 1923-1935 di Jepang. Kisah
yang disajikan dalam Hachiko: A Dog’s Story persis sama dengan kisah
aslinya. Di Jepang, sebuah monumen berupa patung untuk mengenang
kesetiaan Hachiko didirikan di depan Stasiun Shibuya. Seperti film
tentang kesetiaan anjing lainnya, sebut saja "Lassie" (2005) dan
"Marley and Me" (2009), film ini menyentuh sisi halus perasaan manusia.
Bahkan bukan penggemar anjing pun yang menonton film ini bisa
meneteskan air mata.
Kekurangan dalam film bergenre drama keluarga
ini adalah banyaknya "scene" yang diulang dan adegan yang hampir mirip
satu sama lain.
Singkatnya jalan cerita namun berdurasi 90 menit
membuat film ini cenderung membosankan pada pertengahan cerita. Namun,
emosi sedih penonton mulai meningkat ketika mendekati akhir
cerita. Sutradara Lasse Hallstrom mengemas cerita ini dengan apik, dan
alur yang cukup lambat.
Kerja keras tim pelatih anjing pemeran
Hachiko tergolong sukses sebab anjing tersebut seolah bisa menunjukkan
emosi dan ekspresinya yang memesona penonton.
No comments:
Post a Comment